1.
Teorema konstruksi/penyusunan yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa cara yang
terbaik dalam memulai belajar suatu konsep matematika, dalil atau aturan,
definisi, dan semacamnya adalah dengan cara menyusun penyajiannya. Maksudnya
siswa yang mencoba dan menyusun sendiri suatu ide sedangkan guru hanya membantu
mengarahkannya. Dengan cara itu siswa akan lebih mudah mengingat ide yang telah
dipelajari dan lebih mampu dalam menerapkan pada suasana lain.
Contohnya: dalam mempelajari penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan
bulat negatif, akan lebih mudah memahami
konsep tersebut dengan menggunakan garis bilangan. Misalnya ditentukan
penjumlahan 5 + (-4) = 0 benar atau salah. Siswa diminta untuk mencoba sendiri
dengan menggunakan garis bilangan yang dimulai dari titik 0 lalu bergeser ke
kanan sejauh 5 satuan, kemudian dilanjutkan bergeser ke kiri sejauh 4 satuan
yang berakhir di titik 1. Dengan cara begitu anak diharapkan anak dapat lebih
memahami konsep tersebut, sehingga bisa menyatakan bahwa penjumlahan yang
dituliskan hasilnya salah.
2.
Teorema notasi menyatakan bahwa dalam pengajaran suatu konsep, penggunaan
notasi-notasi matematika harus diberikan secara bertahap, dimulai dari yang
sederhana yang secara kognitif dapat lebih mudah dipahami para siswa sampai
kepada yang semakin kompleks notasinya. Maksudnya cara memperkenalkan suatu
konsep matematika secara intuisi dengan menggunakan notasi yang telah dikenal
dan konkret, lalu notasi yang kurang dikenal, yang lebih abstrak untuk
pengembangan pembelajaran matematika.
3.
Teorema kontras yaitu teorema yang menyatakan bahwa prosedur penyajian suatu konsep
dari yang konkret ke yang lebih abstrak harus dilakukan dengan kegiatan
pengontrasan. Pada pembelajaran matematika hampir semua konsepnya mempunyai
sedikit arti bagi para siswa, sebelum mereka pertentangkan (dikontraskan)
dengan konsep-konsep yang lainnya.
Contohnya:
bilangan genap dan bilangan ganjil, bilangan positif dan bilangan negatif.
Teorema variasi yaitu teorema yang menyatakan bahwa prosedur penyajian suatu konsep
dari yang konkret ke yang lebih abstrak harus dilakukan dengan kegiatan yang
beraneka ragam (bervariasi).
Contohnya: dalam
mempelajari konsep lingkaran diperkenalkan dengan menggunakan benda-benda
berbentuk silinder, kerucut, cincin, roda, gelang, dan gambar-gambar lingkaran
dengan berbagai ukuran jari-jari.
4.
Teorema pengaitan/konektivitas menyatakan bahwa setiap konsep, dalil dan
keterampilan matematika berkaitan dengan konsep, dalil, dan keterampilan matematika
lainnya. Begitu pula antara konsep, dalil, dan keterampjlan satu dengan yang
lainnya saling berkaitan.
Contohnya:
aljabar, geometri, aritmatika, kesemuanya saling berkaitan. Karena itulah pada
pembelajaran matematika akan lebih berhasil bila para siswa lebih banyak diberi
kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan tersebut. Oleh karena itu, mengetahui
bahwa keterkaitan suatu konsep dengan konsep yang lain pada pembelajaran
matematika adalah diutamakan.
5.
Teori belajar
menurut Dienes adalah bahwa setiap konsep matematika akan dapat dipahami dengan
baik oleh siswa apabila disajikan dalam bentuk konkret dan beragam. Enam
tahapan belajar menurut Dienes yaitu:
a.
Bermain bebas
(Free play). Pada tahap ini anak-anak bermain bebas tanpa diarahkan dengan
menggunakan benda-benda matematika konkret.
b.
Permainan
(Games). Anak mulai mengamati pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep.
c.
Penelaahan
kesamaan sifat (Searching for communities). Siswa mulai diarahkan pada kegiatan
menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti.
d.
Representasi
(Representation). Tahap ini siswa mulai belajar membuat pernyataan atau
representasi tentang sifat-sifat kesamaan suatu konsep matematika yang
diperoleh pada tahap penelaahan kesamaan sifat.
e.
Simbolisasi
(Simbolization). Siswa perlu menciptakan symbol matematika atau rumusan verbal
yang cocok untuk menyatakan konsep yang representasinya sudah diketahuinya pada
tahap representasi.
f.
Formalisasi
(Formalitation). Tahap ini merupakan tahap yang terakhir, yaitu siswa belajar
mengorganisasikan konsep-konsep membentuk secara formal, dan harus sampai pada
pemahaman aksioma, sifat, aturan, dalil sehingga menjadi struktur dari sistem
yang dibahas.
6.
Teori belajar
menurut Van Hiele ada tiga unsure utama dalam pengajaran geometri, yaitu waktu,
materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Tahapan-tahapan anak
belajar geometri menurut Van Hiele adalah:
a.
Pengenalan.
Tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bangun geometri secara
keseluruhan, tetapi belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bangun
geometri yang dilihatnya itu.
b.
Analisis. Siswa
mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki bangun geometri yang diamati.
c.
Pengurutan.
Siswa sudah mengenal dan memahami sifat-sifat satu bangun geometri serta sudah
dapat mengurutkan bangun-bangun geometri yang satu dengan lainnya saling
berhubungan.
d.
Deduksi. Siswa
mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang
bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus.
e.
Akurasi. Pada
tahap ini siswa sudah mulai menyadari pentingnya ketetapan prinsip-prinsip
dasar yang melandasi suatu pembuktian.
7.
Teori belajar
menurut Brownell adalah bahwa belajar itu pada hakikatnya merupakan suatu
proses yang bermakna. Khusus dalam hubungan pembelajaran matematika di SD,
Brownell mengemukakan apa yang disebut “Meaning
Theory (Teori makna)” sebagai alternatif dari “Drill Theory (Teori latihan
hafal/ulangan)”. Intisari pengajaran matematika menurut teori drill adalah
sebagai berikut:
a.
Matematika
(aritmatika) untuk tujuan pembelajaran (belajar mengajar) dianalisis sebagai
kumpulan fakta (unsure)yang berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan.
b.
Anak diharuskan
untuk menguasai unsure-unsur yang banyak sekali tanpa diperhatikan
pengertiannya.
c.
Anak
mempelajari unsure-unsur dalam bentuk seperti yang akan digunakan nanti pada
kesempatan lain.
Menurut Van Engen tujuan pengajaran aritmatika
untuk membantu anak memahami suatu sistem simbol yang mewakili suatu himpunan
kejadian, dan serentetan kegiatan yang diberi symbol itu harus dialami langsung
oleh anak. Van Engen (1953) membedakan makna (meaning) dan mengerti
(understanding). Mengerti mengacu pada sesuatu yang dimiliki oleh individu.
Individu yang mengerti telah memiliki hubungan sebab akibat, implikasi logis,
dan sebaris pemikiran yang menggabungkan dua atau lebih pernyataan secara
logis, sedangkan makna adalah sesuatu yang dibaca dari sebuah simbol oleh
seorang anak. Anak menyadari bahwa simbol adalah sesuatu pengganti objek.
8.
Tipe-tipe
belajar menurut Gagne antara lain:
a.
Belajar isyarat
atau belajar signal adalah belajar sesuatu yang tidak disengaja sebagai akibat
adanya rangsangan. Misalnya sikap positif dari siswa dalam belajar matematika
karena sikap atau ucapan guru yang menyenangkan.
b.
Belajar
stimulus respons. Pada tahap ini sudah disengaja dan responsnya adalah
jasmaniah. Misalnya siswa menyebutkan atau menuliskan beberapa contoh bilangan
bulat negatif setelah guru memberikan penjelasan tentang bilangan bulat
negatif.
c.
Rangkaian
gerak. Belajar dalam bentuk prbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau
lebih stimulus respons. Misalnya seorang anak yang menggambar ruas garis melalui
dua titik yang diketahui diawali dengan mengambil mistar, meletakkan mistar
melalui dua titik, mengambil pensil (kapur tulis), dan akhirnya menarik ruas
garis.
d.
Rangkaian
verbal. Belajar yang berupa perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau
lebih stimulus respons. Misalnya menyatakan atau mengemukakan pendapat tentang
symbol, definisi, aksioma, dalil, dan semacamnya.
e.
Belajar
membedakan. Belajar memisah-misahkan rangkaian yang bervariasi. Ada dua macam
belajar membeda-bedakan, yaitu:
1)
Belajar membedakan
tunggal yang berupa pengertian siswa terhadap suatu lambang, misalnya penarikan
akar kuadrat : √.
2)
Belajar
membedakan jamak adalah membedakan beberapa lambang tertentu, misalnya lambang-lambang
ruas garis, sinar, dan garis :
, , .
f.
Belajar konsep.
Tipe belajar konsep disebut pula tipe belajar pengelompokan, yaitu belajar
mengenal atau melihat sifat bersama dari suatu benda atau peristiwa. Misalnya
untuk memahami konsep lingkaran siswa mengamati cincin.
g.
Belajar aturan.
Siswa diharapkan mampu memberikan respons terhadap semua stimulus dengan segala
macam perbuatan. Misalnya siswa mampu menyebutkan sifat penyebaran perkalian
terhadap penjumlahan, tetapi belum mampu menggunakannya atau sebaliknya.
h.
Pemecahan
masalah, yaitu tipe belajar yang paling tinggi. Sesuatu itu merupakan masalah
bagi siswa bila sesuatu itu baru dikenalnya, tetapi siswa telah memiliki
prasyaratnya hanya siswa belum tahu proses algoritmanya
(hitungan/penyelesaiannya).
9.
Jenis-jenis
konsep dalam pembelajaran matematika di SD adalah:
a.
Konsep dasar
Konsep dasar pada pembelajaran matematika merupakan
materi-materi atau bahan-bahan dan sekumpulan bahasan atau semesta bahasan, dan
umumnya merupakan materi baru untuk para siswa yang mempelajarinya. Selain itu,
konsep dasar juga menjadi prasyarat dalam memahami konsep-konsep berikutnya.
b.
Konsep yang
berkembang
Konsep yang berkembang dari konsep dasar merupakan
sifat atau penerapan dari konsep-konsep dasar. Konsep yang berkembang ini
merupakan kelanjutan dari konsep dasar dan dalam mempelajarinya memerlukan
pengetahuan tentang konsep dasar.
c.
Konsep yang
harus dibina keterampilannya
Konsep yang termasuk ke dalam jenis konsep ini dapat
merupakan konsep-konsep dasar atau konsep-konsep yang berkembang. Konsep-konsep
jenis ini perlu mendapat perhatian dan pembinaan dari guru sehingga para siswa
mempunyai keterampilan dalam menggunakan atau menampilkan konsep-konsep dasar
maupun konsep-konsep yang berkembang.
10.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam merancang model pembelajaran matematika di SD adalah:
a.
Hakikat
matematika.
b.
Hakikat anak
didik.
c.
Teori-teori
belajar matematika.
d.
Kurikulum
matematika SD yang berlaku.
No comments:
Post a Comment