Showing posts with label Serba-Serbi. Show all posts
Showing posts with label Serba-Serbi. Show all posts

Thursday, May 16, 2013

Yogyakarta akan ada Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Keberhasilan uji coba pembangkit listrik tenaga bayu atau angin di Yogyakarta mendorong pembangunan pembangkit listrik skala komersial. Pembangkit itu akan dibangun di Pandansimo, Yogyakarta. Untuk itu, kini dilakukan pembebasan tanah.

Hal ini disampaikan Manajer Proyek Wind Hybrid Power Generation (WhyPGen) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Soeripno Martosapoetro, Rabu (8/5/2013), di Jakarta. Proyek yang bertujuan mendorong pemanfaatan energi angin untuk kelistrikan dilaksanakan Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) BPPT bekerja sama dengan Program Pembangunan PBB (UNDP) hingga 2015.

Menurut Soeripno, yang juga Ketua Masyarakat Energi Angin Indonesia, di daerah pantai sepanjang 8 km dari Samas hingga Pandansimo akan berdiri 34 unit menara setinggi 100 meter. Total daya yang dibangkitkan mencapai 50 kilowatt. Daya listrik itu nantinya masuk dalam jaringan PLN.

Menurut dia, pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) oleh UPC Renewable Indonesia yang berpusat di Kanada akan mengandalkan teknologi antara lain dari China dan Amerika Serikat.

Dua tahun terakhir, pertumbuhan industri turbin angin dunia mencapai 200 persen. Peningkatan ini untuk memenuhi kebutuhan pembangunan PLTB yang tahun lalu mencapai 240 gigawatt. Dari jumlah itu, 60 GW dibangkitkan di China. PLTB juga banyak di AS, Spanyol, dan Jerman. Indonesia di urutan ke-119, memiliki 2 megawatt. Dengan adanya PLTB berkapasitas 50 MW, urutan Indonesia akan naik ke posisi 60-70.

”Pemanfaatan energi terbarukani akan terus dikembangkan di Indonesia untuk menekan polusi udara,” kata Kepala Bidang Konversi Energi BPPT Edi Hilmawan. Penerapan PLTB juga diharapkan membuka lapangan kerja, termasuk pembuatan dan pengembangan teknologinya.

Dengan demikian, PLTB menjadi solusi kompetitif dibandingkan pembangkit listrik konvensional, terutama di daerah yang memiliki sumber daya energi lokal melimpah.


Sumber: kompas.com
>>Baca selengkapnya...

Friday, May 3, 2013

Udang Raksasa

Fosil predator yang mirip udang dengan panjang 1 meter ditemukan di sebelah tenggara Maroko. Hewan tersebut memiliki ukuran terbesar di jenisnya dan diperkirakan mendominasi laut pada zaman pra-dinosaurus selama jutaan tahun.
Hewan yang disebut Anomalocaridid itu mirip seperti udang dan sotong. Salah satu bagian di kepalanya menonjol dan melingkar. Mulut mereka berlapis serta membuka dan menutup seperti diafragma kamera. Anomalocaridid terbesar sebelum temuan ini berukuran 0,6 meter. Ukuran yang seperti itu saja sudah membuatnya hewan terbesar dalam periode Cambria (542 hingga 501 juta tahun yang lalu), saat invertebrata banyak berevolusi menjadi berbagai hal. Selain ukuran, hal lain yang mengejutkan dari penemuan ini adalah usia fosil yang terbilang muda, diperkirakan berumur 488 hingga 472 tahun yang lalu. "Hewan ini ternyata bertahan hidup 30 tahun lebih lama dari yang diperkirakan," kata Derek Briggs, Direktur Yale Peabody Museum, yang turut serta pada studi. Anomalocaridid menyebar luas pada saat periode Cambria, tetapi mulai tidak ditemukan pada era 510 juta tahun yang lalu. "Apa mereka punah atau kita mencari di tempat yang salah?" kata Briggs belum bisa menjawab misterinya. Ternyata, jaringan lembut rusak sebelum terbentuk fosil. Khusus untuk fosil yang ditemukan di Maroko ini, ilmuwan beruntung karena endapan di sekitarnya membuat hewan terawetkan. Anomalocaridid akhirnya memang punah dan tidak menghasilkan keturunan modern. "Digantikan ikan dan predator laut lain," kata Briggs menjelaskan.

Sumber: kompas.com
>>Baca selengkapnya...

Indonesia terdapat Pohon Ulin terbesar

 Taman Nasional Kutai (TNK) di Kabupaten Kutai Timur memiliki ulin berumur lebih kurang 1.000 tahun dengan diameter 2,47 meter dan tinggi 20 meter serta merupakan pohon terbesar di dunia.

"Kami temukan pertama kali pada tahun 1993. Pohon tersebut, kata Sarjo, kemudian diukur dan saat itu masih berdiameter 2 meter 41 sentimeter dengan tinggi mencapai 20 meter. Kini, diameternya menjadi 2 meter 47 cm," kata Sarjo, pengaman hutan kawasan TNK, Senin (18/3/2013).

Sebelumnya, kepada wartawan yang mengikuti "Jurnalism Field Trip" Taman Nasional Kutai, 15-17 Maret 2013, dia juga bercerita mengenai penemuannya itu.

"Saat itu, saya menemani seorang peneliti asal Jepang, Putuka Watanabe, yang melakukan penelitian spesies yang ada di kawasan TNK, yang merupakan proyek Kyoto University. Saya melihat saat pulang menemani peneliti itu, kemudian saya sampaikan kepada Putuka Watanabe," katanya.

Ia menjelaskan bahwa perkembangan ulin setiap tahun hanya sekitar 0,5 cm sehingga usia pohon diperkirakan lebih kurang 1.000 tahun.

"Tingginya saat ini sekitar 20 meter, diduga akibat terkena petir. Sebelumnya diperkirakan lebih 30 meter. Kondisi pohon ini masih hidup," kata Sarjo.

Untuk mencapai lokasi ulin raksasa tersebut, perjalanan ditempuh dari Kota Samarinda melalui jalur darat menuju Kantor Balai TNK di Desa Sangkima, Kabupaten Kutai Timur, dengan jarak tempuh 3-4 jam.

Dari Kantor Balai TNK tersebut, perjalanan dilanjutkan dengan trekking menelusuri kawasan hutan dengan jarak sekitar 800 meter atau ditempuh dengan berjalan kaki sekitar satu jam lebih.

Sarjo melanjutkan, temuan ulin terbesar dan tertua di dunia itu juga dibenarkan peneliti dari Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Profesor Nengah Wirawan.

"Pak Prof Nengah Wirawan yang juga melakukan penelitian di TNK juga membenarkan bahwa pohon itu merupakan ulin tertua di dunia," ungkap Sarjo.

Sebanyak 18 wartawan, baik lokal maupun nasional, yang mengikuti Jurnalism Field Trip ini sempat melakukan pengukuran terhadap ulin tersebut dengan cara saling berpegangan sambil melingkari pohon itu. Dibutuhkan tujuh orang yang saling berpegangan untuk bisa melingkari pohon tersebut.

Kepala Balai TNK Erli Sukrismanto mengakui bahwa keberadaan ulin terbesar itu saat ini masih terus dijaga sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia.

"Kita harus bangga sebab ada sebuah pohon terbesar di dunia dan tertua yang sampai saat masih tetap terjaga. Kami berharap, seluruh masyarakat ataupun pihak terkait dapat menjaga dan melestarikan keberadaan kayu ulin, khususnya yang terbesar itu, sebab selama ini ulin masih menjadi incaran utama para pelaku pencurian kayu," kata Erli Sukrismanto.

Sumber: kompas.com
>>Baca selengkapnya...

Tuesday, April 30, 2013

Dapatkah Memasak tanpa Api

Munculnya acara semacam Junior MasterChef membuat anak-anak kini tertarik dengan aktivitas memasak. Jika Anda ingin memberi kesempatan anak untuk belajar memasak dengan cara yang aman, Anda bisa mengajarkannya memasak tanpa api.
Itulah yang terlintas oleh Dhani R Satyadharma, yang kemudian menuliskan buku berjudul Cooking is Fun; Memasak Tanpa Api. Perempuan yang kesehariannya berprofesi sebagai guru ekstrakurikuler lukis di SD Pamardi Yuwana Bhakti ini akhirnya menuntaskan 30 resep yang bisa dikreasi oleh anak-anak.
"Aktivitas memasak sudah bisa dikenalkan sejak dini pada anak-anak, dan menjadi aktivitas yang menyenangkan buat mereka," ujarnya, saat peluncuran buku terbitan Grasindo itu di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, Sabtu (27/4/2013).
Karena berisi resep, peluncuran buku ini tidak diisi bincang-bincang seperti pada umumnya, tapi diganti dengan demo masak langsung oleh lima anak yang duduk di kelas 1 sampai 5 SD.
Brandon dan Tara membuat Triple Chocolate, dari bahan susu cokelat, sereal, dan susu bubuk. Lalu ada Kezia yang mendemokan bagaimana ia membuat Es Jelly Melon dari bahan jelly dan melon yang sudah dipotong dengan tambahan sirup dan gula.
Ghafar memilih Pisang Karamel yang terbuat dari dua buah pisang raja, es krim vanila, dan taburan kacang almond, kismis, dan sirop karamel. Sementara Azarel membuat Pisang Cokelat Keju dengan memotong pisang memanjang, lalu mengisinya dengan cokelat dan taburan keju.
"Tidak ada batasan usia untuk anak-anak, kalau mereka usia lima tahun sudah bisa (memasak), kenapa tidak? Tapi harus diperhatikan dulu oleh orangtuanya," tambah Dhani.
Di buku ini ada 30 resep yang dibuat penuh warna di setiapnya. Lengkap dengan bahan yang mesti disediakan, cara membuat, serta gambar menu yang sudah jadi.
Beberapa resep memang tidak menggunakan api sama sekali, karena yang diolah dan dikreasi adalah makanan yang sudah ada di lemari pendingin. Contohnya susu, sereal, roti, pisang, keju, cokelat, dan buah-buahan. Yang perlu diperhatikan mungkin penggunaan beberapa alat dapur seperti pisau, parutan, dan blender.
"Kreasi menu bisa mendorong mereka untuk membuatnya sendiri, dan itu menyenangkan," ujar Dhani.

Sumber: kompas
>>Baca selengkapnya...