Tuesday, April 23, 2013

Biofuel dari Genderuwo

Energi dari fosil semakin lama semakin habis. Hal ini mendorong sejumlah negara mencari sumber energi alternatif. Salah satunya biofuel alias bahan bakar nabati. Keunggulannya, bahan baku dapat diperbarui dan ramah lingkungan.

Beberapa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar nabati, antara lain jarak pagar, ubi jalar, ubi kayu, tebu, kelapa sawit, kelapa, bunga matahari, kapuk randu, dan buah genderuwo. Buah genderuwo (Sterculia foetida Linn) dinilai paling pas karena tidak digunakan sebagai bahan pangan.

Tanaman genderuwo yang dikenal pula dengan nama pranajiwa, kepuh, kepoh, kalumpang, atau jangkang memiliki beberapa kelebihan. Bijinya mengandung minyak nabati asam lemak sterkulat (C19H34O2). Dari 100 gram biji genderuwo bisa diperoleh minyak 75 mililiter. Adapun jarak pagar hanya menghasilkan rendemen 35-40 persen. Asam sterkulat dapat digunakan sebagai ramuan kosmetik, sabun, sampo, pelembut kain, cat, plastik, serta zat adaptif biodiesel.

”Tingginya rendemen atau kandungan minyak biji buah genderuwo menunjukkan potensinya sebagai minyak pelumas dan biodiesel pengganti solar,” kata dosen pemuliaan tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Endang Yuniastuti, Selasa (9/4/2013).

Endang bersama dosen Agronomi UNS Djati Waluyo dan Titin Handayani dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak tahun 2008 meneliti buah genderuwo.

Minyak pelumas yang dihasilkan telah mendapat sertifikasi dari Lembaga Minyak dan Gas Bumi. Tim ini membuat prototipe mesin pres biji genderuwo. Ada 10 dinas pertanian di Jawa Tengah yang digandeng untuk budidaya tanaman ini, yakni di Kabupaten Blora, Purworejo, Purwokerto, Grobogan, Klaten, Sragen, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, dan Boyolali.

Pelumas dan biodiesel

Satu buah genderuwo yang terdiri dari 1-5 bulatan (lokus) bisa menghasilkan 2-3 kilogram biji. Satu pohon genderuwo produktif bisa menghasilkan satu ton biji setiap panen. Minyak hasil pengepresan bisa langsung digunakan sebagai pelumas mesin yang melakukan pekerjaan ringan, seperti mesin pemeras air kelapa dan pemipil jagung.

Jika ingin digunakan sebagai pelumas mesin dua tak atau empat tak serta mesin industri, minyak perlu diolah lagi sehingga titik didihnya mencapai 120-140 derajat celsius.

Minyak ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti solar (biodiesel) dengan perbandingan 1:10. Misalnya, 100 ml minyak genderuwo ditambah 900 ml alkohol. Untuk itu, minyak harus dimurnikan agar titik didihnya mencapai 180 derajat celsius.

Berbeda dengan pohon jarak yang merupakan tanaman dua tahunan dan rakus unsur hara, pohon genderuwo merupakan tanaman tahunan dan efisien dalam penggunaan air. Perakaran pohon genderuwo sangat dalam dan membentuk mangkuk sehingga mampu menyimpan air dalam jumlah besar dan mengatur siklus hidrologi. Tanaman ini mampu tumbuh di tanah kering, bahkan menciptakan sumber air.

Pohon ini sekarang terbilang langka karena tidak diremajakan lagi meski kayunya bernilai ekonomi tinggi sebagai bahan bangunan, pembuat kapal, truk, dan bubur kertas.

Pohon ini banyak ditemukan di kompleks pekuburan sehingga disebut pohon genderuwo. Usia pohon bisa 300 tahun.

Masyarakat ada yang memanfaatkan kulit batang, daun, buah, dan biji sebagai campuran jamu karena berkhasiat menyembuhkan penyakit rematik, sebagai diuretik.

Pohon genderuwo mudah dibudidayakan melalui cara generatif dan vegetatif. Pohon ini mengeluarkan senyawa asam sterkulat yang mematikan pohon sejenis sehingga harus ditanam dalam jarak minimal 20 cm x 10 cm dari pohon lain.
 
Sumber: kompas.com

No comments:

Post a Comment