Tuesday, April 23, 2013

Modul 3 KB 2 Metodologi Penelitian IDIK4007

Kegiatan Belajar 2 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sebuah rencana, sebuah garis besar tentang bagaimana peneliti akan memahami bentuk hubungan antar variable yang diteliti.
Desain penelitian membantu peneliti menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dengan memadai.
Bentuk-bentuk desain penelitian antara lain:
1.       Desain penelitian bentuk Rumus Perseverance adalah desain penelitian yang dinyatakan melalui symbol matematika.
2.       Desain penelitian bentuk skematik, merupakan desain penelitian yang diuraikan melalui rangkaian langkah untuk menjelaskan kaitan antar bagian dalam penelitian.
3.       Desain penelitian bentuk diagramatik atau simbolik, pada umumnya digunakan dalam penelitian eksperimental.


Validitas
Validitas menunjukkan keampuhan desain penelitian dalam menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis penelitian.
Ada dua criteria untuk menilai validitas penelitian eksperimental:
1.       Validitas internal
Campbell  dan Stanley (1963) meyakini bahwa validitas internal adalah tuntunan paling mendasar untuk sebuah penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh dari desain penelitian yang tidak memiliki validitas internal yang memadai tidak dapat diinterpretasikan. Validitas internal menjawab tentang “apakah perlakuan yang diberikan betul-betul mengakibatkan perbedaan”.
Jenis Ancaman validitas internal antara lain:
a.       Histori
b.      Maturasi
c.       Testing, keikutsertaan di tes awal dapat mempengaruhi hasil perlakuan.
d.      Instrumentasi
e.      Regresi statistical, dapat terjadi akibat ketidakcermatan dalam memilih kelompok.
f.         Seleksi, ancaman ini dapat terkaji jika kelompok yang kita bandingkan sejak awal sudah berbeda.
g.       Mortalitas eksperimental, selama kurun waktu eksperimen dapat terjadi sejumlah subjek penelitian menundurkan diri atau meninggal.
h.      Interaksi antar factor, satu atau lebih factor yang mengancam validitas internal dapat saja terjadi bersamaan.
2.       Validitas eksternal
Ancaman validitas eksternal muncul tidak semata-mata karena desain yang tidak sempurna tetapi juga karena deskripsi variable independen dan dependen yang kurang memadai. Ancaman terhadap validitas eksternal dapat bersumber dari:
a.       validitas populasi, merupakan validitas yang bersumber dari populasi penelitian.
1)        Populasi akses versus populasi target, ancaman ini dapat terjadi jika subjek yang berhasil diakses tidak sama kerekteristiknya dengan populasi yang menjadi target penelitian. Populasi target adalah populasi yang menjadi target generalisasi temuan eksperimen. Untuk meningkatkan daya generalisasi, peneliti harus melakukan 2 macam random:
a)        Random selection/seleksi acak dimaksudkan agar subjek yang kita pilih mewakili populasinya
b)        Random assignment/penugasan acak dimaksudkan agar kelompok eksperimental setara dengan kelompok control.
2)        Interaksi antara perlakuan dan karakteristik subjek, perlakuan yang sama jika diberikan kepada subjek yang berbeda mungkin akan menghasilkan efek yang berbeda.
b.      validitas ekologi, bersumber dari variable dan perlakuan dalam penelitian.
1)      Cara memaparkan variable independen, generalisasi hasil eksperimen akan lemah jika peneliti tidak memaparkan secara rinci dan jelas  variable independen dari aspek: definisi operasional, prosedur manipulasi, kegiatan, dan lama waktu perlakuan.
2)      Cara memaparkan variable dependen, peneliti harus memaparkan secara rinci dan jelas, khususnya prosedur pengukurannya, sehingga tes yang digunakan harus tinggi reliabilitas dan validitasnya.
3)      Interferensi perlakuan ganda, bahayanya terjadi jika peneliti tidak dapat mengisolasi pengaruh perlakuan pertama terhadap perlakuan ke dua (atau sebaliknya). Interferensi perlakuan ganda juga dapat terjadi jika suatu daerah telah berkali-kali dipakai sebagai daerah penelitian, sehingga akan membingungkan dan mempengaruhi hasil penelitian.
4)      Interaksi antara efek histori  dan perlakuan, selama berlangsungnya eksperimen, pengaruh perubahan lingkungan subjek dapat berbaur dengan pengaruh yang diakibatkan perlakuan.
5)      Interaksi antara efek saat pengukuran dan perlakuan, selang waktu sesudah perlakuan dapat menjadi ancaman terhadap generalisasi temuan penelitian. Eksperimen yang mengukur variable dependen beberapa kali dalam periode tertentu akan menigkatkan validitas ekologi hasil penelitian.
6)      Sosialisasi tes awal dan tes akhir, observasi atau pengukuran terhadap variable dependen dapat menjadikan subjek penelitian peka terhadap perlakuan. Adakalanya tes memberikan isyarat kea rah jawaban atau perubahan yang diinginkan, jadi bukan perlakuan yang mengakibatkan perubahan tetapi isyarat dari tes.
7)      Efek Howthorne, efek ini muncul karena subjek tahu bahwa ia terlibat dalam eksperimen.
8)      Efek Novelty dan disrupsi, unsure yang baru (novelty) yang terkandung dalam perlakuan dibandingkan dengan yang rutin mungkin lebih berpengaruh daripada perlakuan itu sendiri.
9)      Efek pembuat eksperimen atau Rosenthal.

Mutu desain penelitian ditentukan oleh seberapa mampu peneliti melakukan control eksperimental yaitu mengontrol pengaruh variable yang tidak diteliti (variable ekstranus) atau hipotesis tandingan.
Control eksperimental dapat dinilai dari upaya peneliti dalam empat hal di bawah ini:
1.       Bagaimana peneliti melakukan penugasan acak terhadap individu yang diteliti ke dalam kelompok yang akan diperbandingkan.
2.       Bagaimana peneliti memanipulasi variable independen.
3.       Bagaimana dan kapan peneliti melakukan pengukuran atau observasi terhadap variable dependen.
4.       Kelompok mana yang diukur atau diobservasi.
Sembilan desain penelitian dari tiga bentuk desain eksperimental antara lain:
1.       Desaian Praeksperimental (PE)
Desain ini ditandai oleh tidak adanya upaya peneliti untuk menciptakan variable termanipulasi dan melakukan penugasan acak.  Desai PE tidak dianjurkan dalam penelitian kecuali dalam keadaan terjepit. Namun desain PE banyak dilakukan di dunia pendidikan karena di bidang pendidikan sulit untuk melakukan manipulasi variable dan penugasan acak.
3 desain PE antara lain:
a.       One-Shot case Study atau studi deskriptif. Desain ini melibatkan satu kelompok dan hanya satu kali observasi/pengukuran. Kelemahannya adalah absennya upaya control dan tidak ada peluang untuk diperbandingkan.
b.      One-Group Pretest-Posttest Design, desain ini melibatkan satu kelompok tetapi dilakukan 2 kali, yaitu di awal dan di akhir. Kelemahannya ancaman invaliditas internal dan eksternal.
c.       Static Group Comparison, desain ini melibatkan kelompok control. Meskipun begitu tetap termasuk dalam desain PE karena tidak ada jaminan bahwa 2 kelompok yang digunakan setara.
Setiap bentuk desain PE mengandung variable ekstranus yang tidak terkontrol.

2.       Desain Eksperimental Sejati (ES)
Control Desain ES terhadap variable ekstranus dibuat terpadu dalam desain itu sendiri. Desain ES bebas dari ancaman invaliditas internal meskipun belum tentu bebas dari ancaman validitas eksternal. Desain ES lebih unggul dari desain PE karena:
·         Desain ES melibatkan setidaknya satu kelompok pembanding.
·         Desain ES menggunakan penugasan acak sebagai upaya untuk menyetarakan kelompok di awal eksperimen.
3 desain ES antara lain:
a.       Pretest-Posttest Control Group Design,  desain ini melibatkan lebih dari dua kelompok meskipun desain dasarnya hanya melibatkan dua kelompok, yang diobservasi pada awal dan akhir perlakuan.
b.      Posttest-Only Control Group Design, merupakan desain paling popular dan banyak digunakan. Desain ini melibatkan lebih dari dua kelompok. Ketangguhannya terletak pada randomisasi.
c.       Solomon Four-Group Design, merupakan kombinasi desain Pretest-Posttest Control Group Design dan Posttest-Only Control Group Design, melibatkan 2kelompok perlakuan dan 2 kelompok control. Tes awal dan tes akhir hanya 2 kelompok, sedangkan tes akhir 2 kelompok lainnya. Desain ini jarang digunakan di penelitian pendidikan dan psikologi.
Kelebihannya:
1)        Efek perlakuan dapat dicek dengan membandingkan kelompok perlakuan dengan kelompok control.
2)        Skor perolehan bagi kelompok perlakuan dapat dinilai dengan membandingkan kelompok 1 dan 2.
3)        Efek testing dapat dihitung dengan membandingkan kelompok 2 dan 4.
4)        Efek interaksi antara testing dan perlakuan dapat dihitung dengan membandingkan perbedaan hasil tes akhir dari kelompok yang mendapat tes awal dengan perbedaan hasil tes akhir dari kelompok yang tidak mendapatkan tes awal.
5)        Desain ini sangat interaktif dikaji dari segi informasi yang diberikan pada peneliti.
Kesulitannya membutuhkan dana yang besar.

3.       Desain Pseudo Experimental/Eksperimental Kuasi (EK)
Dengan desain ini peneliti dapat sepenuhnya mengontrol eksperimen. Dengan desain EK, peneliti dapat mengontrol 3 hal antara lain:
a.       Kapan observasi/pengukuran dilakukan.
b.      Kapan perlakuan/variable independen akan diperkenalkan.
c.       Kelompok intact mana yang akan mendapat perlakuan.
Desain EK lebih efektif meredam ancaman invaliditas eksternal. Desain EK lebih unggul dalam validitas eksternal karena menggunakan kelompok yang alamiah/intact group, tidak ada upaya untuk mengacak-acak anggota kelompok yang sudah ada dengan penugasan acak.
3 bentuk desain EK antara lain:
a.       Desain tes awal-akhir
1)      Desain Kelompok Kontrol Tidak Setara, mirip dengan desain static group comparison tetapi ada tambahan adanya tes  awal dan tes akhir. Tidak ada randomisasi.
2)      Desain tes awal-akhir dengan sampel terpisah. Desain ini menunjukkan 4 hal antara lain:
·      Dua symbol “R” menunjukkan 2 subkelompok yang setara.
·      Satu sampel diukur sebelum perlakuan.
·      Kedua sampel mendapatkan perlakuan namun perlakuan yang diterima oleh subkelompok 1 sama sekali tidak ada kaitannya dengan desain.
·      Subkelompok 2 diukur setelah menerima perlakuan.
b.      Desain serial, desain ini dapat dipilih peneliti yang ingin menilai efek perlakuan terencana dan tidak terencana (ex post facto).
1)      Desain serial waktu kelompok tunggal, desain ini dapat dipakai sebagai pengganti desain ES.
·       Kelompok tunggal dengan perlakuan tunggal sementara.
·      Kelompok tunggal dengan perlakuan dan penarikan tunggal yang berkesinambungan.
·      Kelompok tunggal dengan perlakuan tunggal yang berkesinambungan.
·      Kelompok tunggal dengan perlakuan sementara berganda.
2)      Desain serial waktu kelompok ganda (SWKG), mempunyai dua atau lebih kelompok yang biasanya terbentuk secara alamiah.
·      Desain SWKG dengan perlakuan tidak berkelanjutan.
·      Desain SWKG dengan perlakuan di balik tidak berkelanjutan.
·      Desain SWKG dengan perlakuan tunggal tidak berkelanjutan.
·      Desain SWKG dengan perlakuan tunggal berkelanjutan.
3)      Desain analisis Korelasi, desain ini tidak layak menjadi bagian desain eksperimetal karena peneliti tidak melakukan manipulasi variable independen dan randomisasi.

No comments:

Post a Comment