Prabu Janaka adalah raja Negara Mantili atau
Matila (Mahabharata), ayah Dewi Sinta. Prabu Janaka merupakan seorang raja yang
berwatak brahmana, seorang raja yang adil paramarta, bijaksana, berhati lurus
dan bersih
Prabu Janaka bersahabat baik dengan Brahmana Kala,
brahmana raksasa dari pertapaan Dwarawati. Dari Brahmana Kala itulah ia
mendapatkan busur dan panah Dewa Siwa sebagai persyaratan mencari jodoh untuk
putrinya, Dewi Sinta yang diyakini sebagai titisan Batari Sri Widowati. Menurut
Brahmana Kala hanya satria titisan Dewa Wisnu yang mampu mengangkat busur
tersebut. Apa yang dikatakan Brahmana
Kala menjadi kenyataan. Dewi Sinta akhirnya diperistri oleh Ramawijaya, putra
Prabu Dasarata, raja Negara Ayodya dengan permaisuri Dewi Kusalya. Sebagai
satria titisan Dewa Wisnu, Ramawijaya berhasil mengangkat busur Dewa Siwa dan
memenangkan sayembara mantili.
Prabu Janaka berumur sangat panjang. Ia meninggal setelah
menyerahkan tahta kerajaan Mantili kepada cucunya, Kusya, Putra Dewi Sinta
dengan Prabu Ramawijaya.
Kisah
Arjuna putra Pandu Pandudewanata, raja Negara Astinapura dengan Dewi Kunti/Dewi
Prita, putri Prabu Basukunti, raja Negara Mandura. Ia merupakan anak ke-tiga
dari lima bersaudara satu ayah, yang dikenal dengan nama Pandawa. Dua saudara
satu ibu adalah Puntadewa dan Bima/Werkudara. Sedangkan dua saudara lain ibu,
putra Pandu dengan Dewi Madrim adalah Nakula dan Sadewa.
Arjuna seorang satria yang gemar berkelana,
bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan
Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari pertapaan Untarayana.
Arjuna pernah menjadi Pandita di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia
dijadikan jago kadewatan membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari Negara
Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan
Kaindran bergelar Prabu Karitin dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari
para dewa, antara lain: Gendewa dari Batara Indra, panah panah Ardadadali dari Batara
Kuweru, Panah Cundamanik dari Batara Narada, panah Pasopati dari Batara Guru.
Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya,
antara lain: Keris Kiai Kalanadah, Panah Sangkali dari Resi Durna, Panah
Candranila, Panah Sirsha, keris Kiai Sarotama, Keris Kiai Baruna, keris
Pulanggeni diberikan pada Abimanyu, Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak
Jayengkaton pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani dan Kuda
Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna
antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan
Asmaragama.
Arjuna mempunyai 18 orang istri dan 16 orang anak.
Adapun istri dan anak-anaknya adalah:
a.
Dewi Sumbadra, berputra Raden Abimanyu.
b.
Dewi Larasati, berputra Bratalaras.
c.
Dewi Srikandi.
d.
Dewi Ulupi/Palupi, berputra Bambang Irawan.
e.
Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan
Kumalasakti.
f.
Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka.
g.
Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni.
h.
Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga
i.
Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang
Pregiwati.
j.
Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma.
k.
Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa.
l.
Dewi Maeswara, berputra Bambang Priambada.
m.
Dewi Retno Kasimpar.
n.
Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada.
o.
Dewi Dyah Sarimaya.
p.
Dewi Pamegatsih, berputra Bambang Pamagatrisna.
q.
Dewi Gandawati, berputra Bambang Gandawardaya.
r.
Dewi Sulastri, berputra Bambang Sumitra.
Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran,
yaitu: Kampuh/Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara,
Kalung Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu
Ekalaya, raja Negara Paranggelung). Ia juga banyak memiliki nama dan julukan,
antara lain: Parta (pahlawan perang), Janaka (memiliki banyak istri), Permadi
(tampan), Dananjaya, Kumbang Ali-ali, Ciptaning Mintaraga (pendeta suci),
Pandusiwi, Indratanaya (Putra Batara
Indra), Jahnawi (gesit trengginas), Palguna, Danasmara (perayu ulung) dan
Margana (suka menolong).
Arjuna memiliki sifat perwatakan: cerdik pandai,
pendiam, teliti, sopan santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia
memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah Negara Amarta. Setelah perang
Bhatarayuda, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan
Jayadrata. Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia muksa (mati sempurna) bersama
ke empat saudaranya yang lain.
No comments:
Post a Comment