Saat ini , mencari air bersih sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan
pencemaran air yang sudah melebihi ambang batas. Oleh karena itu, diperlukan upaya
pengelolaan air bersih yang semakin membutuhkan perhatian lebih baik dari
Pemerintah yang bersinergi dengan swasta dan masyarakat. Untuk itu, tahun ini
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Kementerian
Negara Koordinator Kesejahteraan Masyarakat dan F CUBED dari Australia
memperkenalkan teknologi desalinasi dengan tenaga surya.
Penerapan teknologi desalinasi ini guna memperoleh air bersih bagi
pertanian, perkebunan, industri maupun perumahan dan sebagainya. Teknologi ini
merupakan teknologi untuk memproses penghilangan kadar garam pada kandungan air
menggunakan bantuan tenaga surya, yang diharapkan bisa menjadi salah satu
solusi mendapatkan pasokan air bersih di berbagai daerah di Indonesia yang
sudah mencapai tahap kritis, terutama di perkotaan.
Melalui terobosan teknologi "Carocell solar desalination" atau
menghilangkan kadar garam melalui teknologi tenaga surya, Carocell juga
mencakup teknologi ''Zero Liquid Discharge'' (ZLD), yang mampu mengubah limbah.
Hasilnya merupakan kombinasi antara air minum dengan garam sebagai hasil
fraksinasi garam. Panel-panel Carocell tersebut digunakan untuk meningkatkan
suhu air dalam scholar collector sehingga penguapan/kondensasi dalam panel
meningkat lebih sempurna. Panel ini didesain secara canggih, geometris, mudah
perawatannya dengan kinerja optimal untuk memproses air dari sumber apapun
menjadi air bersih tanpa meninggalkan emisi gas rumah kaca.
"Garam hasil fraksinasi tadi akan memberi nilai tambah karena
bermanfaat dijadikan garam meja atau garam untuk kolam renang. Magnesium
klorida yang dihasilkan pun dapat digunakan oleh industri tambang untuk menekan
debu," kata Peter Johnstone, Chief Executive Officer dan Pendiri F CUBED,
dalam siaran persnya menyambut Hari Air Sedunia, di Jakarta, Sabtu (24/3/2012).
Hasil sampingan fraksinasi yang ternyata sangat bermanfaat ini, lanjut
dia, juga dapat dijual dan menghasilkan uang. Lebih dari itu, adalah minimnya
dampak lingkungan hidup yang dapat terjadi.
"Karena lingkungan hidup, tanaman, dan manusia tetap aman
terjaga," ujarnya.
Peter, yang juga peneliti sekaligus pemilik hak patennya, menambahkan
bahwa teknologi desalinasi dengan tenaga surya temuannya ini telah diterapkan
di 26 negara, termasuk India, Bangladesh, Malaysia, Dubai. Ia mengatakan,
pihaknya saat ini tengah menjajaki kemungkinan membangun pabrik pengolahan ini
di Indonesia.
Selama ini, Pemerintah melalui lembaga BPPT maupun LIPI merupakan
lembaga pemerintah yang bertanggungjawab terhadap penelitian, pengkajian dan penerapan
teknologi untuk mendapatkan air bersih bagi masyarakat. Karena itulah, lanjut
Peter, dengan investasi sekitar 10 juta Dolar AS, pihaknya mengajak kerja sama
BPPT dan LIPI untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebelumnya, FCUBED baru-baru ini menandatangi kontrak senilai 11 juta
USD dengan Pemerintah Kota Ceduna di Australia Selatan untuk memasok air minum
melalui terobosan teknologi Carocell solar desalination.
Sementara itu, menurut Direktur Perwakilan Kantor Unesco di Jakarta
Hubert Gijzen mengatakan, pengelolaan air menjadi faktor tunggal paling
mendesak saat ini karena bisa menghambat pembangunan bangsa. Perlu dilakukan
berbagai upaya untuk lebih mempromosikan pembangunan air secara berkelanjutan.
"Buruknya pengelolaan air bisa menghambat pembangunan, membatasi
produksi pangan serta berbagai penderitaan dan kerusakan ekonomi dari bencana
yang berhubungan dengan air," kata Hubert di Jakarta, Sabtu (24/3/2012).
Banyu Mili
Sebelumnya, Yoyon Ahmudiarto dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan
Mekatronik (P2-Telimek) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga telah
menciptakan "Banyu Mili". Upaya yang dilakukan Yoyon diharapkan bisa
membantu masyarakat yang semakin sulit mendapatkan air layak konsumsi dengan
murah karena sumber air tanah di beberapa daerah juga kian minim. Sementara
upaya mendapatkan sumber air alternatif menghadapi kendala peralatan dan biaya.
"Banyu Mili adalah alat pemurni air dengan tenaga surya yang bisa
memenuhi kebutuhan air secara murah," kata Yoyon saat ditemui di Jakarta,
Kamis (15/3/2012) lalu.
Banyu Mili atau singkatan dari "Banyu Milik LIPI" ini bisa
mengolah air dari sumber manapun secara singkat dan dapat langsung
diminum. Komponen alat pemurni air
tersebut terdiri dari panel surya, kabel, filter karbon aktif, filter mikron,
lampu ultraviolet, accu, selang dan kran air. Air yang diproses akan masuk
lewat selang ke filter karbon aktif. Di sini, air akan dibebaskan dari senyawa
kimia berbahaya. Selanjutnya, air masuk ke filter mikron untuk memisahkannya
dari partikel debu.
Proses sterilisasi air akan berlangsung di dalam saluran dengan sinar
UV. Setelah proses ini, air akan dikeluarkan lewat kran dan sudah siap diminum.
No comments:
Post a Comment