Friday, November 23, 2012

Modul 1 Pendidikan Agama Islam


TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN


Kegiatan belajar 1
Keimanan dan ketakwaan

A.           Keimanan
Keimanan berasal dari kata dasar “iman”. Dibentuk dari kata “aamana” (fi’il madhi/bentuk telah), “yu’minu” (fi’il mudhari/bentuk sedang atau akan), dan mukminun (pelaku/orang yang beriman).

Dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah (2) ayat 165 :
Dan ada diantara manusia mengambil dari selain Allah sebagai tandingan, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Dan orang yang beriman, bersangatan cintanya kepada Allah. Dan jika sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat azab (tahulah mereka) bahwa sesungguhnya seluruh kekuatan itu kepunyaan Allah dan sesungguhnya Allah itu sangat keras azab-Nya (pasti mereka menyesal).

B.            Implikasi Keimanan
Ciri-ciri orang yang beriman antara lain :
1.      Tawakal
2.      Mawas diri dan bersikap ilmiah
3.      Optimis dalam menghadapi masa depan
4.      Konsisten dan menepati janji
5.      Tidak sombong

C.           Pembinaan Keimanan
Proses pembentukan iman diawali dengan proses perkenalan, yang sekaligus diiringi dengan latihan pengamalan, kemudian meningkat menjadi senang. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Disamping proses pengenalan, maka proses pembiasaan juga perlu diperhatikan. Karena dari proses ini, maka seseorang akan terbiasa melakukannya. Dari yang awalnya tidak suka, akan menjadi senang.

D.           Ketakwaan
Konsep Takwa adalah mengikuti atau memenuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Imam Qusairi dalam kitab Duratun Nashihin mengemukakan ciri-ciri orang yang bertaqwa, yaitu (1) tawadlo (rendah hati), (2) qona’ah (menerima takdir), (3) wara (hati-hati) dan yakin (tawakal).
Dampak dari ketaqwaan seseorang akan diberi kemudahan dalam memecahkan persoalan dan akan diberi rezeki yang datangnya tidak diduga sebelumnya.

Seperti dijelaskan dalam Al qur’an surat Ath Thalaaq ayat 2 – 3:
  
Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.


Kegiatan belajar 2
Filsafat Ketuhanan

Filsafat dalam bahasa Yunani Philosophia yang berarti kecintaan kepada kebenaran (wisdom) atau dalam bahasa arab adalah falsafah. Pengertian falsafah adalah memahami sesuatu yang tidak diketahui dari hal yang sudah diketahui.

A.    Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
1.         Animisme/Dinamisme, Politeisme, dan Henoteisme
Dinamisme adalah keyakinan pada kekuatan suatu benda yang dipandangnya mempunyai kekuatan.
Animisme adalah keyakinan bahwa suatu benda mempunyai roh atau sebangsa makhluk ghoib didalamnya.
Politeisme adalah kepercayaan terhadap pada banyak dewa atau dewi. Politeisme ini merupakan peningkatan dari paham animism dan dinamisme.
Henoteisme (satu bangsa = satu Tuhan) adalah keyakinan bahwa setiap satu kesatuan tidak mungkin diatur oleh lebih dari satu pengatur.
2.         Monoteisme
Monoteisme adalah keyakinan bahwa hanya ada satu Tuhan di dunia ini.
Paham monoteisme terbagi menjadi tiga, yaitu :
a.       Deisme
Paham ini beranggapan bahwa Tuhan Yang Maha Esa mempunyai sifat yang serba Maha. Sebab itulah alam akan mampu bertahan hidup dan berkembang dengan sendirinya tanpa ada pengawasan serta peran dari Tuhan.  Setelah menciptakan alam, Tuhan berpisah dengan alam (transcendent).  Sehingga aturan yang dipakai adalah aturan manusia. Paham ini dikenal dengan paham free will atau dalam teologi Islam dikenal sebagai aliran Qadariah.

b.      Panteisme
Paham ini berpendapat bahwa setelah Tuhan menciptakan alam, Tuhan ada bersama alam (immanent). Dimana ada alam, disitu ada Tuhan. Dalam aliran filsafat, aliran ini berkembang menjadi paham predestination, dalam teologi Islam dikenal aliran Jabbariah.


c.       Ekletisme
Paham ini merupakan gabungan dari paham deisme dan panteisme. Dimana manusia mempunyai peran sebagai perencana dan Tuhan berperan sebagai penentu. Tuhan bukan alam, jauh di luar alam, namun Tuhan dekat dengan alam.

B.     Pengertian Tuhan Dalam Ajaran Islam
1.       Allah sebagai Khalik (Pencipta)
Pencipta memang tidak sama dengan yang dicipta. Ia adalah Zat Yang Wajib (Zat Wajibul Wujud). Bagaimana jenis dan bentuknya bukanlah jangkauan akal manusia, karena itu kita dilarang memikirkan Zat Tuhan.

QS. Al-Baqarah (2) ayat 255.  
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Hidup Kekal lagi Berdiri Sendiri. Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat member syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Dia mengetahui apa-apa yang ada di hadapan mereka dan apa-apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi (kekuasaan)-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.

2.         Sifat Allah
Dalam Al Qur’an disimpulkan ada sekitar 99 nama Allah yang mulia (asmaul husna) yang menggambarkan sifat-Nya Yang Sempurna. Menurut M. Quraish Shihab, bahwa keesaan Allah itu mencakup :
a.       Keesaan Zat-Nya
Keesaan Zat-Nya berarti bahwa Allah itu tidak terdiri dari unsur-unsur dan tidak membutuhkan unsur yang lain.

QS. Faathir (35) ayat 15
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.


b.      Keesaan Sifat-Nya
Keesaan Sifat-Nya berarti bahwa Allah memiliki sifat yang tidak sama dalam isi dan kapasitasnya dengan makhluk, walaupun dari segi bahasa, kata yang digunakan untuk menunjukkan sifat tersebut sama.

QS. Al A’raaf (7) ayat 180.
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan
c.       Keesaan Perbuatan
Keesaan ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di ala mini semua adalah hasil perbuatan Allah.
QS. Yaaa Siin (36) ayat 83.
Maka Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

d.      Keesaan dalam beribadah kepada-Nya
Keesaan ini merupakan perwujudan dari ketiga hal diatas. Yakni suatu amalan tertentu yang ditetapkan cara atau kadarnya langsung oleh Allah atau melalui Rasul-Nya, atau dikenal dengan istilah Ibadah Mahdhah.
 QS. Al An’aam (6) ayat 162.  
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam

3.        Ma’rifatullah melalui Pikir dan Zikir
a.       Melalui Pikir
Alam semesta ini diciptakan dengan kekuasaan dan ilmu yang tinggi. Sehingga orang akan menggunakan akalnya secara baik dan akan menemukan kekaguman di dalam ciptaan-Nya.

QS. Al Jaatsiyah (45) ayat 13
ia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.

b.      Melalui Zikir
Zikir adalah mengingat Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia dan Sempurna.
QS. Ar Rad (13) ayat 28
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram

4.         Kekuasaan dan Perbuatan Allah
Sebagai Tuhan yang mencipta dan menyempurnakan ciptaan-Nya, Ia tentunya berkuasa pula pada ciptaan-Nya. Allah berkuasa karena Dia berilmu, memiliki kekuatan, dan memiliki kemampuan.

QS. Ali Imron (3) ayat 59.
   
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia.

No comments:

Post a Comment