Sunday, December 18, 2011

PENGUATAN (REINFORCEMENT)


Penguatan (reinforcement) merupakan suatu respon yang diberikan oleh guru terhadap perilaku atau perbuatan siswa yang dianggap positif dan menyebabkan kemungkinan berulangnya kembali atau meningkatnya perilaku tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari bentuk penguatan sering muncul meskipun tanpa disadari bahwa hal itu sebagai suatu penguatan.
Contohnya:
1.    Penjual toko yang menberikan hadiah kalender pada pembeli saat menjelang tahun baru.
2.    Seorang ibu yang memuji anaknya setelah membereskan tempat tidurnya sendiri.
Apa yang dilakukan penjual dan ibu dalam contoh di atas tersebut merupakan suatu penguatan yang dapat membuat orang yang menerima penguatan tersebut merasa senang dan akan mengulangi atau meningkatkan perbuatannya.
Dalam kegiatan pembelajaran terpadu, pemberian penguatan oleh guru terhadap perilaku siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran. Respon positif dari guru terhadap perilaku siswa yang positif akan membuat siswa merasa senang dan cenderung mengulangi bahkan meningkatkan perilaku tersebut. Oleh karena itu, guru harus melatih diri secara teratur dan terarah agar memiliki keterampilan dan kebiasaan memberikan penguatan dalam melaksanakan pembelajaran terpadu di SD.
Manfaat yang dapat diperoleh guru (yang tentu saja akan berakibat kepada hasil belajar siswa) dengan menguasai keterampilan memberi penguatan dalam pembelajaran terpadu diantaranya untuk:
1.    Membangkitkan dan memelihara perhatian dan motivasi belajar siswa terhadap tema-tema yang disajikan dalam pembelajaran.
2.    Memberikan kemudahan kepada siswa untuk mempelajari isi tema yang dipelajari dan dianggap memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
3.    Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa, serta mendorong munculnya tingkah laku yang positif.
4.    Menumbuhkan rasa percaya diri siswa akan kemampuan yang dimilikinya dan keberanian mengungkapkan pendapat sendiri.
5.    Memelihara iklim kelas (classroom climate) yang kondusif.
Keterampilan memberi penguatan bisa dilakukan dalam bentuk verbal dan non-verbal.
1.    Penguatan Verbal (Verbal Reinforcement)
Penguatan verbal (Verbal Reinforcement) adalah penguatan yang dilakukan secara verbal melalui kata-kata atau kalimat. Penguatan ini merupakan penguatan yang paling sederhana digunakan dalam kegiatan pembelajaran terpadu. Dikatakan sederhana karena hanya menggunakan kata-kata atau kalimat saja, namun demikian jenis penguatan ini tidak bisa dianggap enteng, sebab jika salah dalam penerapannya (misalnya situasi yang tidak tepat atau kata-kata maupun kalimat yang keliru) akan mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan.
Bentuk penguatan verbal ini bisa berupa kata-kata atau kalimat pujian, dukungan, pengakuan, atau dorongan yang dapat menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Kata-kata atau kalimat tersebut biasanya merupakan balikan atau informasi bagi siswa atas perilaku yang ditampilkannya.
Contohnya pada saat siswa menunjukkan hasil kerjanya kepada guru, guru tersebut akan mengatakan: “Wah, pekerjaanmu baik sekali!”

2.    Penguatan Non-Verbal (Non-verbal Reinforcement)
Penguatan non-verbal dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bisa ditunjukkan dengan cara-cara seperti: raut wajah atau mimik muka, gerakan atau isyarat badan (gestural reinforcement), gerak mendekati siswa (proximity reinforcement), sentuhan (contac reinforcement), kegiatan yang menyenangkan, symbol atau tanda (token reinforcement) dan penguatan dengan benda/barang.
a.    Penguatan dengan mimik dan gerakan badan
Pemberian penguatan dengan menggunakan raut wajah atau mimik dan gerakan badan bisa dilakukan secara bersama-sama untuk mengkomunikasikan kepuasan guru terhadap respon siswa. Penguatan seperti ini akan banyak memberi pengaruh positif terhadap motivasi siswa untuk mengulang kembali dan meningkatkan perilaku yang mendapat respon positif dari guru,misalnya berupa senyuman, anggukan, tepukan tangan, atau acungan ibu jari guru. Penguatan jenis ini juga bisa digunakan secara bersama-sama dengan penguatan verbal, misalnya guru mengucapkan kata: “bagus” terhadap respon siswa sambil tersenyum, menganggukkan kepala, dan mengangkat ibu jari.
b.    Penguatan dengan gerak mendekati
Pemberian penguatan dengan cara ini maksudnya guru mencoba mendekati siswa dengan tujuan untuk menunjukkan perhatian dan rasa senang terhadap perilaku, hasil kerja, atau sikap dan penampilan siswa. Gerakan guru harus dilakukan secara luwes, tidak mengesankan sesuatu yang dibuat-buat. Penguatan jenis ini dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Bentuk penguatan ini biasanya dipakai bersama-sama dengan bentuk penguatan verbal, misalnya ketika guru mendekati siswa, guru mengucapkan kata-kata tertentu sebagai penguatan. Kombinasi seperti itu bisa memperkuat efek penguatan yang positif, namun frekuensinya harus dibatasi agar efek tersebut tidak menurun.
c.    Penguatan dengan sentuhan
Penguatan dengan sentuhan ini dilakukan untuk menyatakan persetujuan dan penghargaan guru terhadap hasil usaha atau penampilan siswa. Caranya bisa dilakukan dengan menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, menjabat tangan siswa dengan antusias, atau mengangkat tangan siswa yang dinyatakan berhasil dalam suatu kegiatan belajar.
d.    Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Pemberian penguatan ini didasarkan pada karakteristik pembelajaran terpadu itu sendiri yang menuntut suatu kegiatan belajar yang menyenangkan. Misalnya siswa yang prestasinya baik di bidang olahraga diikutkan dalam kegiatan PORSENI tingkat kecamatan.
e.    Penguatan dengan symbol dan benda
Pemberian penguatan dengan menggunakan suatu symbol atau tanda dan benda tertentu, akan memberi warna tersendiri dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu di SD. Biasanya guru sering menggunakan symbol atau tanda cek (√) dan tanda tangan sendiri disertai komentar singkat untuk memberikan pembenaran atas tugas atau pekerjaan yang dilakukan siswa secara tertulis.

Enam prinsip yang harus diperhatikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu agar penguatan yang diberikan berfungsi secara efektif dan dapat memperlancar pencapaian kompetensi dasar oleh siswa antara lain:
1.    Pemberian penguatan harus disertai sikap kehangatan dan keantusiasan dari guru yang dapat ditunjukkan dengan raut muka berseri disertai senyuman, sikap riang penuh perhatian, dan memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Hindari pemberian penguatan dengan sikap yang lesu, acuh tak acuh, wajah murung, dan kurang bersemangat.
2.    Penguatan yang diberikan harus bermakna bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Bentuk-bentuk penguatan baik verbal maupun non-verbal, harus menunjukkan hal yang sebenarnya dikuasai siswa, hindari sikap membohongi siswa dengan pujian, dukungan, pengakuan, atau yang lainnya. Sikap seperti itu tidak akan memberikan makna positif bagi kelanjutan belajar siswa.
3.    Penguatan yang diberikan harus menghindari segala jenis respon negative seperti kata-kata kasar, cercaan, hukuman (punishment), hinaan, atau ejekan, karena hal tersebut dapat menghancurkan iklim kelas dan kepribadian siswa sendiri. Guru harus mampu menahan diri dari keinginan menggunakan respon negative tersebut, terlebih-lebih memberikan hukuman secara fisik, seperti mencubit, menampar, atau memukul siswa.
4.    Penguatan yang diberikan harus memiliki sasaran yang jelas, apakah ditujukan kepada siswa tertentu secara pribadi (personal reinforcement), satu kelompok siswa, atau seluruh siswa dikelas secara utuh.
5.    Pebguatan harus diberikan dengan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan, agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun kualitasnya atau hilang sama sekali.
6.    Penguatan yang diberikan harus bervariasi, tidak monoton dan membosankan. Penguatan verbal dan non-verbal bisa diatur dalam penggunaannya sehingga kemunculannya merata dan bervariasi serta berdampak positif bagi siswa yang menerimanya.


No comments:

Post a Comment