PENGUATAN (REINFORCEMENT)
Penguatan (reinforcement) merupakan suatu respon
yang diberikan oleh guru terhadap perilaku atau perbuatan siswa yang dianggap
positif dan menyebabkan kemungkinan berulangnya kembali atau meningkatnya
perilaku tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari bentuk penguatan sering muncul
meskipun tanpa disadari bahwa hal itu sebagai suatu penguatan.
Contohnya:
1.
Penjual
toko yang menberikan hadiah kalender pada pembeli saat menjelang tahun baru.
2.
Seorang
ibu yang memuji anaknya setelah membereskan tempat tidurnya sendiri.
Apa yang dilakukan penjual dan
ibu dalam contoh di atas tersebut merupakan suatu penguatan yang dapat membuat
orang yang menerima penguatan tersebut merasa senang dan akan mengulangi atau
meningkatkan perbuatannya.
Dalam kegiatan pembelajaran
terpadu, pemberian penguatan oleh guru terhadap perilaku siswa mempunyai peran
yang sangat penting dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran. Respon positif
dari guru terhadap perilaku siswa yang positif akan membuat siswa merasa senang
dan cenderung mengulangi bahkan meningkatkan perilaku tersebut. Oleh karena
itu, guru harus melatih diri secara teratur dan terarah agar memiliki
keterampilan dan kebiasaan memberikan penguatan dalam melaksanakan pembelajaran
terpadu di SD.
Manfaat yang dapat diperoleh
guru (yang tentu saja akan berakibat kepada hasil belajar siswa) dengan
menguasai keterampilan memberi penguatan dalam pembelajaran terpadu diantaranya
untuk:
1.
Membangkitkan
dan memelihara perhatian dan motivasi belajar siswa terhadap tema-tema yang
disajikan dalam pembelajaran.
2.
Memberikan
kemudahan kepada siswa untuk mempelajari isi tema yang dipelajari dan dianggap
memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
3.
Mengontrol
dan memodifikasi tingkah laku siswa, serta mendorong munculnya tingkah laku
yang positif.
4.
Menumbuhkan
rasa percaya diri siswa akan kemampuan yang dimilikinya dan keberanian
mengungkapkan pendapat sendiri.
5.
Memelihara
iklim kelas (classroom climate) yang
kondusif.
Keterampilan memberi penguatan bisa dilakukan dalam
bentuk verbal dan non-verbal.
1.
Penguatan
Verbal (Verbal Reinforcement)
Penguatan verbal (Verbal
Reinforcement) adalah penguatan yang dilakukan secara verbal melalui
kata-kata atau kalimat. Penguatan ini merupakan penguatan yang paling sederhana
digunakan dalam kegiatan pembelajaran terpadu. Dikatakan sederhana karena hanya
menggunakan kata-kata atau kalimat saja, namun demikian jenis penguatan ini
tidak bisa dianggap enteng, sebab jika salah dalam penerapannya (misalnya
situasi yang tidak tepat atau kata-kata maupun kalimat yang keliru) akan
mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan.
Bentuk penguatan verbal ini bisa berupa kata-kata atau
kalimat pujian, dukungan, pengakuan, atau dorongan yang dapat menguatkan
tingkah laku dan penampilan siswa. Kata-kata atau kalimat tersebut biasanya
merupakan balikan atau informasi bagi siswa atas perilaku yang ditampilkannya.
Contohnya pada saat siswa menunjukkan hasil kerjanya
kepada guru, guru tersebut akan mengatakan: “Wah, pekerjaanmu baik sekali!”
2.
Penguatan
Non-Verbal (Non-verbal Reinforcement)
Penguatan non-verbal dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu bisa ditunjukkan dengan cara-cara seperti: raut wajah atau mimik muka,
gerakan atau isyarat badan (gestural reinforcement), gerak mendekati siswa
(proximity reinforcement), sentuhan (contac reinforcement), kegiatan yang
menyenangkan, symbol atau tanda (token reinforcement) dan penguatan dengan
benda/barang.
a.
Penguatan
dengan mimik dan gerakan badan
Pemberian penguatan dengan
menggunakan raut wajah atau mimik dan gerakan badan bisa dilakukan secara
bersama-sama untuk mengkomunikasikan kepuasan guru terhadap respon siswa.
Penguatan seperti ini akan banyak memberi pengaruh positif terhadap motivasi
siswa untuk mengulang kembali dan meningkatkan perilaku yang mendapat respon
positif dari guru,misalnya berupa senyuman, anggukan, tepukan tangan, atau
acungan ibu jari guru. Penguatan jenis ini juga bisa digunakan secara
bersama-sama dengan penguatan verbal, misalnya guru mengucapkan kata: “bagus”
terhadap respon siswa sambil tersenyum, menganggukkan kepala, dan mengangkat
ibu jari.
b.
Penguatan
dengan gerak mendekati
Pemberian penguatan dengan
cara ini maksudnya guru mencoba mendekati siswa dengan tujuan untuk menunjukkan
perhatian dan rasa senang terhadap perilaku, hasil kerja, atau sikap dan
penampilan siswa. Gerakan guru harus dilakukan secara luwes, tidak mengesankan
sesuatu yang dibuat-buat. Penguatan jenis ini dapat ditunjukkan guru dengan
cara melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa atau kelompok siswa,
bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Bentuk
penguatan ini biasanya dipakai bersama-sama dengan bentuk penguatan verbal,
misalnya ketika guru mendekati siswa, guru mengucapkan kata-kata tertentu
sebagai penguatan. Kombinasi seperti itu bisa memperkuat efek penguatan yang
positif, namun frekuensinya harus dibatasi agar efek tersebut tidak menurun.
c.
Penguatan
dengan sentuhan
Penguatan dengan sentuhan ini
dilakukan untuk menyatakan persetujuan dan penghargaan guru terhadap hasil
usaha atau penampilan siswa. Caranya bisa dilakukan dengan menepuk-nepuk bahu
atau pundak siswa, menjabat tangan siswa dengan antusias, atau mengangkat
tangan siswa yang dinyatakan berhasil dalam suatu kegiatan belajar.
d.
Penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan
Pemberian penguatan ini
didasarkan pada karakteristik pembelajaran terpadu itu sendiri yang menuntut
suatu kegiatan belajar yang menyenangkan. Misalnya siswa yang prestasinya baik
di bidang olahraga diikutkan dalam kegiatan PORSENI tingkat kecamatan.
e.
Penguatan
dengan symbol dan benda
Pemberian penguatan dengan
menggunakan suatu symbol atau tanda dan benda tertentu, akan memberi warna
tersendiri dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu di SD. Biasanya guru sering
menggunakan symbol atau tanda cek (√) dan tanda tangan sendiri disertai
komentar singkat untuk memberikan pembenaran atas tugas atau pekerjaan yang
dilakukan siswa secara tertulis.
Enam
prinsip yang harus diperhatikan guru dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu
agar penguatan yang diberikan berfungsi secara efektif dan dapat memperlancar
pencapaian kompetensi dasar oleh siswa antara lain:
1.
Pemberian
penguatan harus disertai sikap kehangatan dan keantusiasan dari guru yang dapat
ditunjukkan dengan raut muka berseri disertai senyuman, sikap riang penuh
perhatian, dan memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang
sungguh-sungguh. Hindari pemberian penguatan dengan sikap yang lesu, acuh tak
acuh, wajah murung, dan kurang bersemangat.
2.
Penguatan
yang diberikan harus bermakna bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Bentuk-bentuk penguatan baik verbal maupun
non-verbal, harus menunjukkan hal yang sebenarnya dikuasai siswa, hindari sikap
membohongi siswa dengan pujian, dukungan, pengakuan, atau yang lainnya. Sikap
seperti itu tidak akan memberikan makna positif bagi kelanjutan belajar siswa.
3.
Penguatan
yang diberikan harus menghindari segala jenis respon negative seperti kata-kata
kasar, cercaan, hukuman (punishment),
hinaan, atau ejekan, karena hal tersebut dapat menghancurkan iklim kelas dan
kepribadian siswa sendiri. Guru harus mampu menahan diri dari keinginan
menggunakan respon negative tersebut, terlebih-lebih memberikan hukuman secara
fisik, seperti mencubit, menampar, atau memukul siswa.
4.
Penguatan
yang diberikan harus memiliki sasaran yang jelas, apakah ditujukan kepada siswa
tertentu secara pribadi (personal reinforcement),
satu kelompok siswa, atau seluruh siswa dikelas secara utuh.
5.
Pebguatan
harus diberikan dengan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan,
agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun kualitasnya atau hilang sama
sekali.
6.
Penguatan
yang diberikan harus bervariasi, tidak monoton dan membosankan. Penguatan
verbal dan non-verbal bisa diatur dalam penggunaannya sehingga kemunculannya
merata dan bervariasi serta berdampak positif bagi siswa yang menerimanya.
No comments:
Post a Comment