Kategori

Tuesday, April 10, 2012

Detik-Detik Kemerdekaan


Sebelum tanggal 14 Agustus 1945 Kantor Berita Indonesia masih
menerima berita-berita dari Tokyo. Namun, tiba-tiba setelah tanggal 14
Agustus 1945 tidak menerima berita lagi. Akhirnya diketahui bahwa sejak
tanggal 13 Agustus 1945 sampai dengan 14 Agustus 1945 Jepang telah
siap menghentikan peperangannya dan menyerah kalah kepada Sekutu.
Secara resmi berita itu diumumkan pada tanggal 14 Agustus 1945 pukul
12.00. Dengan diam-diam para pembesar tinggi, baik militer maupun sipil
Jepang dapat mengetahui dan mendengarkan pidato Kaisar Hirohito
tentang sebab-sebab penyerahan tersebut.
Para pemuda Indonesia di antaranya adalah Soekarni, Adam Malik,
Kusnaini, Sutan Sjahrir, Soedarsono, Soepono, dan kawan-kawan
menghendaki kemerdekaan Indonesia dilakukan secepatnya. Sutan Sjahrir
sebagai tokoh pertama yang menginginkan diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu janji Jepang. Hal itu dikarenakan
telah mendengar siaran radio luar negeri tentang kekalahan Jepang melawan
Sekutu. Golongan pemuda ini meminta kepada golongan tua yang menjadi
pemimpin pergerakan pada waktu itu seperti Ir. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta agar segera menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Namun, dengan pertimbangan yang sangat hati-hati golongan tua belum
mau memenuhi permintaan golongan muda itu. Golongan tua berpendapat
bahwa bangsa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah
dengan jalan bekerja sama dengan Jepang. Golongan muda menghendaki
sebaliknya, Indonesia merdeka tanpa campur tangan Jepang.
Perbedaan pendapat itu memuncak sehingga akhirnya para pemuda
berinisiatif untuk mengungsikan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke
Rengas dengklok. Dengan tujuan, agar dapat berunding dengan tenang
mengenai kemerdekaan Indonesia tanpa pengaruh Jepang. Peristiwa itu
terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 4.00 WIB. Akhirnya, setelah
diadakan pembicaraan antara golongan tua dan golongan muda, Ir.
Soekarno menyetujui desakan golongan muda yang diwakili oleh Singgih
bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diucapkan tanpa pengaruh Jepang
pada tanggal 17 Agustus 1945.
Setelah kesepakatan itu, mereka semua kembali ke Jakarta dan
selanjutnya merapatkan penyusunan naskah Proklamasi. Rapat tersebut
dilaksanakan di tempat kediaman Laksamana Maeda yang terletak di Jalan
Imam Bonjol 1, Jakarta. Naskah proklamasi dirumuskan oleh tiga orang
pimpinan golongan tua, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan
Mr. Ahmad Soebardjo dengan disaksikan oleh golongan muda antara lain
Sukarni, BM. Diah dan beberapa orang Jepang.
Yang menuliskan draftnya dalah Ir. Soekarno, sedangkan Drs.
Mohammad Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo menyumbangkan pemikiran
secara lisan. Hasilnya berupa rumusan tulisan tangan Ir. Soekarno.
Rombongan penulis naskah kemudian menemui hadirin yang
menunggu di ruang depan. Ir. Soekarno membacakan draft rumusan yang
telah mereka hasilkan itu dan menyarankan agar segenap yang hadir
menandatangani bersama-sama naskah Proklamasi tersebut selaku “Wakilwakil
Bangsa Indonesia”. Saran ini langsung mendapat penolakan dari
golongan muda. Kemudian atas saran Sukarni selaku pimpinan pemuda
mengusulkan agar yang menandatangani naskah Proklamasi itu hanyalah
Soekrano – Hatta atas nama bangsa Indonesia, karena mereka berdua
dikenal sebagai pemimpin utama bangsa Indoensia. Usul itu diterima baik
oleh hadirin dan selanjutnya Ir. Soekarno meminta kepada Sayuti Melik
agar mengetik naskah bersih Proklamasi berdasarkan draft dengan
perubahan-perubahan yang telah disetujui.

No comments:

Post a Comment