Sunday, December 18, 2011

HAKIKAT MATA KULIAH KONSEP DASAR IPS


IPS diartikan sebagai studi tentang manusia yang dipelajari oleh anak didik di tingkat sekolah dasar dan menengah. Pada hakikatnya semua aspek yang terdapat pada IPS (misalnya antropolagi-sosiolagi, geografi, dll) merupakan bidang-bidang yang dibutuhkan untuk memahami hakikat manusia.

IPS dengan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) tidak bias dipisahkan karena secara tradisional antara keduanya memang sudah saling berhubungan. Pendekatan disiplin IIS hendaknya tidak  diterapkan dalam pembelajaran IPS di sekolah karena IPS lebih menekankan kepada pendekatan multidisiplin atau interdisiplin, dimana topic-topik dalam IPSdapat dimanipulasi menjadi suatu isu, pertanyaan atau permasalahan yang berperspektif interdisiplin.
Proses pembelajaran IPS pada berbagai tingkat pendidikan baik pendidikan tinggi, maupun pada tingkat persekolahan mulai dari tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah lanjutan Pertama maupun Lanjutan Atas, tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih menekankan kepada segi praktis mempelajari, menelaah serta mengkaji gejala dan masalah social, dengan mempertimbangkan bobot dan tingkat kemampuan pesrta didik pada tiap jenjang yang berbeda.
Perbedaan antara IPS sebagai bidang studi dengan disiplin IIS antara lain:
1.      IPS bukanlah suatu disiplin ilmu seperti halnya IIS, tetapi IPS lebih tepat dilihat sebagai bidang kajian, yaitu suatu kajian terhadap masalah-masalah kemasyarakatan.
2.      Pendekatan yang dilakukan dalam IPS menggunakan pendekatan multidisiplin atau interdisiplin, tidak seperti halnya IIS yang menggunakan pendekatan disiplin ilmu atau monodisiplin.
3.      IPS sengaja dirancang untukkepentingan kependidikan. Oleh karena itu, kberadaan IPS lebih memfokuskan pada dunia persekolahan, tidak seperti halnya IIS yang keberadaannyabisa di dunia persekolahan, perguruan tinggi atau dipelajari di masyarakat umum sekalipun.
4.      IPS menggunkan IIS sebagai bahan pengembangan materi pembelajaran dilengkapi dengan mempertimbangkan aspek psikologis-pedagogis. Sehingga peyajian IPS sangat peduli dengan pertimbangan-pertimbangan aspek psikologis-pedagogis karena bagaimanapun latar belakang, kemampuan, lingkungan, serta perkembangan peserta didik harus diperhatikan.
5.      IPS juga sangat memperhatikan dan mempertimbangkan kemanfaatan, urutan, dan ruang lingkup bahan bagi setiap peserta didik dalam hidup dan kehidupannya kelak, tidak seperti halnya IIS yang hampir lepas dan tidak mempermasalahkan pertimbangan-pertimbanagan seperti IPS.
Keseluruhan IPS sebagai sarana pendidikan yang memaparkan manusia di dalam segi tiga waktu-ruang-hidup, sebagaimana dilakukan oleh studi sejarah (membicarakan man in time), goegrafi (membicarakan man in space), dan gabungan sosiologi, antopologi, ekonomi, tata Negara (membicarakan man in life). Apabila digambarkan hubungan ketiganya adalah transmisi budaya (sejarah), adaptasi ekologis (geografi), dan perjuangan hidup (sosiologi dan seterusnya).
Lima tujuan IPS adalah sebagai berikut :
1.      IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social sciences jika ia nantinya masuk ke perguruan tinggi.
2.      IPS mempunyai tujuan untuk mendidik kewarganegaraan yang baik.
3.      IPS yang hakikatnya merupakan suatu kompromi antara no. 1 dan 2. Inilah yang ditemukan di dalam definisi IPS sebagai “Suatu penyederhanaan dan penyaringan terhadap IIS, yang penyajiannya di sekolah disesuaikan dengan kemampuan guru dan daya tangkap peserta didik.”
4.      IPS mempelajari closed areas atau masalah-masalah social yang pantang untuk dibicarakan di muka umum, sehingga siswa dilatih untuk berpikir demokratis.
5.      Sasaran seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran IPS mengarah kepada 2 hal:
A.      Pembinaan warga Negara Indonesia atas dasar moral Pancasila/UUD 1945.
B.      Sikap social yang rasional dalam kehidupan.
Secara sederhana bahwa pembelajaran IPS berarti membelajarkan siswa untuk memahami bahwa masyarakat ini merupakan suatu kesatuan (system) yang permasalahannya bersangkut-paut dan pemecahannya memerlukan pendekatan-pendekatan interdisipliner, yaitu pendekatan yang komprehensif dari sudut ilmu hokum, ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu social lain, seperti geografi, sejarah, antropologi, dan lainnya.
IPS bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan pengetahuan para peserta didik dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggung jawab terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa dan Negara. Pembelajaran IPS merupakan upaya menerapkan teori-konsep-prinsip ilmu social untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah social yang secara nyata terjadi di masyarakat.
 Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) harus bersamaan dengan pengembangan nilai-nilai yang dimaksud dalam pembelajaran IPS. Nilai-nilai tersebut antara lain:
1.      Nilai Edukatif
Salah satu tolok ukur keberhasilsn pelaksanaan pendidikan IPS yaitu adanya perubahan perilaku social pesrta didik ke arah yang lebih baik. Perilaku tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Peningkatan kognitif ditandai dengan makin meningkatnya pengetahuan social dan peningkatan nalar social serta kemampuan mencari alternative-alternatif pemecahan masalah social. Perilaku afektif diwarnai dengan aspek kemanusiaan, yaitu peningkatan dalam perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian dan tanggung jawab peserta didik. Perilaku psikomotor yaitu berkembangnya keterampilan fisik, keterampilan social dalam bentuk kerjasama, gotong-royong dan tolong menolong peserta didik.
2.      Nilai Praktis
Pengetahuan IPS praktis bermanfaat dalam mengikuti berita, mendengarkan radio, membaca buku cerita, menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari ampai dengan pengetahuan IPS yang berguna untuk melaksanakan pekerjaan (misalnya wartawan, pejabat daerah, dan lain-lain). Pembelajaran pada pendidikan IPS tersebut diproses secara menarik, tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, dan secara langsung ataupun tidak langsung memiliki nilai praktis serta strategis dalam membina SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari ini, terutama untuk masa-masa yang akan datang.
3.      Nilai Teoretis
Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri di lapangan (sense of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan berbagai pertanyaan (sense of inquiry) mereka dibina serta dikembangkan. Dengan demikian, kemampuan mereka mengajukan “hipotesis” dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan juga berkembang. Jadi, pendidikan IPS membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik berteori yang sangat berguna dalam menghadapi kehidupan social yang berkembang dengan cepat dan cepat berubah.
4.      Nilai Filsafat
Kemampuan peserta didik merenungkan keberadaan dan peranannya di masyarakat semakin berkembang.
5.      Nilai KeTuhanan
Pendidikan IPS dengan ruang lingkupdan aspek kehidupan social yang demikian luas cakupannya, menjadi landasan kuat bagi penanaman dan pengembangan nilai keTuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita baik lahir maupun batin. Nilai keTuhanan ini menjadi landasan moralitas Sumber Daya Manusia (SDM) hari ini dan terutama masa akan datang.

No comments:

Post a Comment